Pantai, Senja, dan Waktu yang Melambat

Kadang, jadi mahasiswa itu rasanya capek tapi nggak bisa dijelasin. Bukan cuma soal tugas atau ujian, tapi pikiran yang jarang banget dikasih waktu istirahat. Hampir tiap hari isinya sama kuliah, ngerjain tugas, buka laptop, buka HP, lalu ulang lagi. Sampai akhirnya aku tuh ngerasa butuh berhenti sebentar. Bukan buat kabur lama, tapi sekadar menepi.

Waktu itu, kami mutusin buat ke pantai di Bengkulu sore hari. Nggak ada rencana ribet, nggak ada itinerary, cuma pengin lihat laut dan nunggu senja. Perjalanan ini bisa dibilang dadakan, tapi justru itu yang bikin rasanya ringan. Nggak ada ekspektasi tinggi, nggak ada target harus puas, semuanya ngalir aja.

Begitu sampai di pantai, suasananya langsung beda. Angin laut khas Bengkulu terasa sejuk, suara ombak datang pelan-pelan, dan suasana sekitar terasa lebih tenang. Rasanya kayak dunia yang biasanya ribut tiba-tiba ngecil. Pikiran yang tadinya penuh mulai pelan-pelan adem.

Menjelang senja, langit mulai berubah warna. Dari biru terang, pelan-pelan jadi jingga, lalu keunguan. Senja di pantai selalu punya cara sendiri buat bikin orang berhenti sejenak. nggak ada yang dikejar, nggak ada yang perlu dipikirin berlebihan. cuma berdiri, lihat ke depan, dan nikmatin momen. di situ, kami lebih banyak diam. Bukan karena nggak ada bahan obrolan, tapi karena suasananya memang pas buat dinikmati tanpa banyak kata. Berdiri bareng, menghadap laut, sambil lihat matahari pelan-pelan turun. Kadang kebersamaan nggak butuh suara, cukup kehadiran.

Travelling buat aku sebagai mahasiswa nggak pernah soal jauh atau mahal Pantai Bengkulu yang dekat dan gampang dijangkau aja sudah cukup. Yang penting bukan tempatnya, tapi rasa yang didapet bisa ganti suasana, lepas sebentar dari rutinitas, itu sudah lebih dari cukup. Senja juga selalu ngingetin soal waktu, Momen itu singkat banget. Baru dinikmati, tahu-tahu langit sudah gelap sama kayak masa kuliah yang sering terasa lama, tapi sebenarnya cepat banget jalannya. Kalau nggak dinikmati, tiba-tiba sudah di ujung aja.

Ngeliat laut yang luas bikin aku ngerasa masalah itu nggak sebesar yang gue pikirin. Tugas masih ada, nilai masih harus dikejar, tapi rasanya nggak seberat tadi. Bukan karena masalahnya hilang, tapi karena sudut pandangnya berubah.

Di momen itu juga, pikiran aku ke mana-mana tentang kuliah, tentang masa depan, tentang diri sendiri. Tapi bedanya, mikirnya lebih tenang dan nggak panik, nggak buru-buru Seolah-olah senja ngasih waktu buat berdamai sama pikiran sendiri. Perjalanan ini mungkin kelihatan sederhana tapi nggak ada hal spektakuler, nggak ada cerita ekstrem, Tapi justru yang kayak gini biasanya paling keinget. Karena jujur, karena apa adanya, dan karena datang di waktu yang pas.

Buat aku, travelling bukan soal gaya hidup Ini lebih ke kebutuhan. Cara buat ngisi ulang energi sebelum balik lagi ke dunia kampus yang penuh tuntutan dan nggak harus sering, yang penting cukup. Pas hari mulai gelap dan kami pulang, rasanya beda. Masalah masih nunggu, tugas masih ada, Tapi kepala lebih ringan Setidaknya, aku sudah ngasih waktu buat diri sendiri.

Pantai Bengkulu dan senjanya ngajarin satu hal sederhana hidup nggak harus selalu dikejar Kadang, menepi sebentar justru bikin kita lebih siap buat lanjut jalan lagi.

Posting Komentar

0 Komentar